Kisah Freddy Budiman: Copet, Mafioso Narkoba dan Vonis Mati

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!

Selasa, 09/09/2014 18:48 WIB

Andi Saputra - detikNews

Halaman 1 dari 2

Jakarta - Mengawali karier hitam sebagai pencopet, Freddy Budiman 'naik kelas' menjadi mafioso narkoba kelas wahid. Sepandai-pandainya mengendalikan bisnis dari balik penjara, Freddy akhirnya jatuh jua. Regu tembak kini menanti Freddy.

Masa susah Freddy sebagai copet diceritakan temannya, Ahmadi. Saat itu, Freddy dan Ahmadi yang belum berusia 20 tahun itu sama-sama mencari uang dengan mencopet di Surabaya.

Seiring waktu, keduanya hijrah ke Jakarta. Bedanya, Ahmadi tetap 'setia' menjadi copet di Pasar Senen, Jakarta Pusat, dan Freddy memulai masuk dalam jaringan perdagangan narkotika. Setelah itu, mereka tidak kontak untuk beberapa lama. Hingga akhirnya pada 2011 mereka kembali dipertemukan lagi di LP Cipinang saat Ahmadi tengah menjenguk temannya.

Di sinilah Ahmadi melihat perubahan besar dalam diri Freddy. Freddy saat itu berbeda dengan Freddy si tukang copet. Meski di dalam penjara, Freddy telah berubah menjadi penjahat kelas kakap, punya kekuasaan mahadahsyat mengatur narkotika di luar penjara. Rekanannya berada di berbagai negara di Asia. Kekayaannya lalu dicuci ke berbagai bisnis legal di luar penjara. Kekayaan inilah pula yang membuat para perempuan cantik mau bermanja-manjaan di pangkuannya.

Melihat pemandangan itu, Ahmadi kepincut menjadi kaki tangan Freddy. Menyaru sebagai penjaga toilet umum, Ahmadi lalu menjadi salah satu orang kepercayaan Freddy mengatur distribusi narkoba di luar penjara.

Tapi tak ada kejahatan yang sempurna. Gerak-gerik Ahmadi dan kawanannya mulai terendus saat diminta Freddy mengimpor 1 juta pil ekstasi dari China. Freddy berkongsi dengan sesama penjahat narkotika di dalam penjara, Chandra, untuk mengimpor ekstasi itu. Dalam hitungan matematis Freddy, dia akan mendapatkan sedikitnya Rp 45 miliar jika barang tersebut beredar di Indonesia. Itu belum termasuk uang yang didapat Chandra.

Paket yang disarukan dalam kontainer berisi akuarium tersebut dibekuk usai masuk gudang di Pluit pada 2012. Setelah dirunut, terbongkarlah siapa sebenarnya Freddy.Next

Halaman 1 2

Akhiri hari anda dengan menyimak beragam informasi penting dan menarik sepanjang hari ini, di "Reportase Malam" pukul 01.30 WIB, hanya di Trans TV

(asp/nrl)


Video Terkait

  • Lokasi Penahanan Dekat dengan Freddy, Vanny Minta Perlindungan Saksi
  • Ditangkap Saat Nyabu, Vanny: Siapa yang Jebak Gue?

This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

Andi Saputra 09 Sep, 2014


-
Source: http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656083/s/3e4951ec/l/0Lnews0Bdetik0N0Cread0C20A140C0A90C0A90C1848280C26857270C10A0Ckisah0Efreddy0Ebudiman0Ecopet0Emafioso0Enarkoba0Edan0Evonis0Emati/story01.htm
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
LihatTutupKomentar