Relokasi Terbengkalai, PKL Pasar Kebayoran Lama Sebabkan Macet dan Sampah

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!

Minggu, 13/07/2014 08:15 WIB

Rini Friastuti - detikNews

Halaman 1 dari 2

PKL yang Berjualan di Pasar Kebayoran Lama
Jakarta - Rencana relokasi yang telah diusulkan sejak tahun 2013 lalu terhadap Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar Kebayoran Lama, hingga saat ini tak kunjung terealisasi. Akibatnya, saat ini Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan makin terlihat semrawut dengan kemacetan yang terjadi di sana-sini. Selain macet, penumpukan sampah, serta beragam masalah lainnya menjadi pemandangan biasa di pasar tersebut.

PKL yang memang telah berjualan bertahun-tahun di kawasan tersebut mengakui bahwa mereka keberatan apabila rencana relokasi tersebut terealisasikan pada tahun ini. Lokasi strategis dan takut kehilangan pelanggan menjadi alasan mereka untuk enggan berpindah tempat ke lokasi yang baru.

"Yah kalau dipindah, emangnya (pemerintah-red) mau ngejamin usaha kita. Sudah enak di sini, apa-apa gampang, orang beli tinggal dateng terus nggak usah repot-repot masuk ke pasar," kata Indah (30) pedagang peralatan rumah tangga yang berjualan tak jauh dari pos polisi Kebayoran Lama saat ditemui Sabtu (12/7/2014).

Setali tiga uang dengan Indah, rekannya sesama PKL seperti Ratna dan Azwar juga mengaku tidak setuju apabila mereka direlokasi ke lokasi baru. Mereka menolak relokasi karena merasa telah membayar sejumlah 'uang sewa' untuk berjualan di lokasi mereka saat ini.

"Kita bayar kok sama petugas, satu lapak Rp 200 ribu untuk siang hari, Rp 400 ribu malam hari. Kita juga bayar uang kebersihan dan keamanan juga, artinya nggak apa-apa dong kita berjualan disini," kata Azwar yakin.

Pedagang lain bernama Faisal (36) yang berjualan barang bekas di bawah kolong Flyover Jalan Raya Cileduk menolak direlokasi karena inisiatif pemerintah tidak sesuai dengan realitas pedagang barang bekas seperti dirinya. Menurutnya, pedagang barang bekas tidak akan bertahan dengan sewa yang dibebankan, karena tidak setiap hari bisa mendapatkan omset penjualan.

"Kalau dagang buah, sayuran, sendal atau sepatu masih bisa dipindah ke dalem pasar. Lagian kan mereka punya modal dan bisa laku kalau jualan di sana. Lah kalau kayak saya gimana, jualan barang bekas gini emang layak di dalem pasar, udah gitu lakunya juga nggak jelas, kadang sehari laku-kadang juga nggak," akunya.Next

Halaman 1 2

Ikuti berbagai berita menarik hari ini di program "Reportase" TRANS TV yang tayang Senin sampai Jumat pukul 12.45 WIB

(rni/rvk)


Foto Video Terkait


This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

Rini Friastuti 13 Jul, 2014


-
Source: http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656083/s/3c70f07e/l/0Lnews0Bdetik0N0Cread0C20A140C0A70C130C0A81520A0C26355220C10A0Crelokasi0Eterbengkalai0Epkl0Epasar0Ekebayoran0Elama0Esebabkan0Emacet0Edan0Esampah/story01.htm
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
LihatTutupKomentar